Upanisad ini mengambil nama dari kata pertamanya Kena, artinya oleh siapa dan merupakan
bagian dari Sama Veda. Upanisad ini juga dikenal dengan nama Talavakara yaitu nama dari Brahmana dalam Sama Veda. Kena Upanisad terdiri atas empat bagian,
dua bagian pertama merupakan puisi dan sisanya merupakan prosa. Pada bagian
puisi isinya membahas tentang Brahman.
Yang Maha Tinggi, azas mutlak yang mendasari fenomena dunia dan bagian prosanya
membahas tentang Yang Maha Tinggi Isvara. Pengetahuan tentang yang mutlak para-vidya yang menjamin pembebasan
(sadyamukti) hanyalah mungkin bagi mereka yang sanggup menarik pikiran mereka
dari objek-objek duniawi dan memusatkannya kepada kenyataan terakhir daripada
alam semesta. Pengetahuan tentang Isvara, apara vidya, menempatkan seseorang
kepada jalan pembebasan pada akhirnya (krama-mukti-pembebasan bertahap). Jiva yang berbakti secara bertahap akan
memperoleh yang lebih tinggi yang menyebabkan adanya kesadaran kemanunggalan
dengan Yang Maha Tinggi.(Radhakhrisnan, 2008:449).
Pada bagian pertama Kena
Upanisad sloka yang pertama membahas sebuah pertanyaan “Siapakah wakil
sesungguhnya dari individu?” Sloka tersebut berbunyi sebagai berikut.
“kenesitam patati
presitam manah kena pranah prathamah praiti yuktah. kenesitam vacam imam
vedanti, caksuh srotam ka u deva yunakti.”
(Kena Upanisad
I.I)
Artinya : Atas kemauan siapa dan perintah siapa pikiran
menerangi obyeknya? Atas perintah siapa pertama-tama yang hidup (pràna)
bergerak. Atas kemauan siapa seseorang mengucapkan kata-kata ini? Dan Dewata
apakah yang mengendalikan mata dan telinga?
Pertanyaan yang diajukan dalam mantra ini oleh seseorang
murid mencerminkan bahwa pengalaman-pengalaman apa yang dirasakan bukanlah
semuanya dan hal ini tergantung dari suatu kenyataan yang kekal, keperluan akan
adanya suatu dasar bagi keberadaan yang terbatas dari makhluk diasumsikan di
sini. Pertanyaan ini memastikan bahwa ada hubungan antara kenyataan (yang
kekal) dengan fenomena ini, bahwa yang nyata memerintah yang merupakan
fenomena.
Sloka Kena Upanisad
bagian pertama sloka 2-9 membahas Brahman
yang tidak bisa dimengerti adalah perantaranya.
Sloka kedua Kena Upanisad
bagian pertama menyebutkan jawaban dari pertanyaan pada sloka yang pertama
yaitu “Sebab ini adalah telinganya telinga, pikirannya pikiran, wicara yang
sesungguhnya dari wicara, nafasnya nafas, matanya mata, yang arif dengan
melepaskan (pikiran yang salah mengenai kemandirian diri) dan meninggalkan dunia
ini, dia akan menjadi kekal,” telinganya telinga: berarti àtman-lah yang
memerintah telinga. Ada Yang Nyata Kekal dibelakang pikiran yang hidup dan
indriya pikirannya-pikiran, hidupnya hidup. Brahman
bukanlah obyek subyek kepada pikiran, wicara dan indriya-indriya. Dia yang
mengerti hal ini akan memperoleh hidup kekal dan bukan kepuasan sebahagian saja
dari kehidupan duniawi. Di sini pada dunia ruang dan waktu kita selalu mencari
Yang Diluar Sana, yang di luar ruang dan waktu. Di sana kita mempunyai
kesadaran di luar ruang dan waktu.
Begitu pula sloka 7-9 bagian pertama Kena Upanisad sebagai berikut.
“Hal itu tidak dilihat oleh mata tetapi dengan apa mata
dilihat (melihat) ketahuilah itu sesungguhnya adalah Brahman dan bukan apa yang dipuja oleh orang-orang.”
(Kena Upanisad,
I.7)
“Hal itu tidak bisa didengar oleh telinga tetapi dengan
apa telinga didengar (mendengar) ketahuilah itu sesungguhnya adalah Brahman dan bukan apa yang dipuja oleh
orang-orang.”
(Kena Upanisad,
I.8)
“Hal itu tidak dinafasi oleh yang hidup tetapi dengan apa
yang hidup bernafas; ketahuilah itu sesungguhnya adalah Brahman dan bukan apa yang dipuja oleh orang-orang.”
(Kena Upanisad,
I.9)
Dilanjutkan dengan bagian kedua Kena Upanisad ini terdiri atas lima sloka dan terbagi kembali
menjadi dua topik bahasan yaitu Paradox dari tidak bias dimengertinya Brahman dan Nilai dari pengetahuan Brahman. Paradox dari tidak bisa
dimengertinya Brahman tertuang dalam
sloka 1-3 yang menunjukkan bagaimana kita berjuang dengan cara penyampaian
manusia yang terbatas. Berikut isi dari Kena Upanisad bagian kedua sloka 1-3.
1.
“Bila
engkau merasa bahwa engkau mengerti Brahman
dengan baik, itu artinya engkau hanya tahu sedikit, baik hal ini mengenai
engkau (àtman individu) maupun para dewata. Karena itulah hal ini harus
diselidiki olehmu (sisya) walaupun aku berpikir bahwa aku mengetahuinya.” (Kena Upanisad, II.1)
Apa saja yang
manusiawi atau ketuhanan dibatasi oleh kata sifat dan karena itu tidak berbeda
dengan kecilnya atau terbatasnya. Brahman
yang bebas dari kata sifat bukanlah obyek dari pengetahuan. Para siûya
diwajibkan untuk merenungkan kebenaran ini dan dia dengan pertimbangan dan
pengalaman intuisi akan sampai kepada kesimpulan dan mendekati gurunya seraya
berkata, ‘Saya pikir bahwa sekarang saya mengerti Brahman.”
2.
“Saya
tidak berpikir bahwa saya mengetahui hal ini dengan baik; juga saya tidak
berpikir bahwa saya tidak mengetahui hal ini. Dia yang diantara kita mengerti
hal ini, memang mengerti hal ini dan dia juga tidak tahu bahwa dia tidak tahu.”
(Kena Upanisad, II.2)
“Bukanlah bahwa
aku tidak mengetahuinya, bukan pula bahwa aku mengetahuinya” juga merupakan
tafsiran yang dibenarkan.
3.
“Kepada
siapa hal ini tidak dimengerti, kepada dia hal ini dimengerti; kepada siapa hal
ini dimengerti, dia sebenarnya tidak mengerti. Ini tidak dimengerti oleh dia
yang mengerti; ini dimengerti oleh dia yang tidak mengerti.” (Kena Upanisad, II.3)
Yang Maha Tinggi
bukanlah obyek dari pengetahuan biasa tetapi realisasi intuitive. Jika kita
berpikir bahwa kita mengerti Brahman
dan kita bisa menjelaskan-Nya sebagai obyek yang dimengerti di alam atau
sebagai sebab yang ada di alam, maka sesungguhnya kita tidak mengerti Dia.
Mereka yang merasa tidak mengerti dan tidak bisa mengenal-Nya dalam hal ini,
sebenarnya memiliki pengetahuan mengenai Dia. Brahman tidak bisa diterangkan sebagai obyek pengetahuan. Dia bisa
disadari sebagai subyek pada semua pengetahuan.
Kemudian nilai dari pengertian Brahman dibahas dalam dua sloka terakhir bagian kedua yaitu sloka 4
dan 5. Sloka Kena Upanisad II.4
menyatakan sebagai berikut. “Apabila hal ini dimengerti melalui semua tingkat
kesadaran, ini artinya diketahui secara benar, sebab (dengan pengetahuan
seperti ini) seseorang mencapai kekekalan hidup. Melalui àtman-nya sendiri
seseorang memperoleh kekuatan dan melalui kearifan seseorang memperoleh
kekekalan.” Mengetahui hal demikian adalah pengetahuan yang benar. Hal ini
adalah apriori yang mutlak, landasan yang pasti untuk semua pengetahuan. Bila pratibodha-viditam (melalui setiap
tingkat kesadaran) diartikan sebagai jalan untuk sampai kepada kesimpulan
tentang àtman, ini berarti àtman menjadi inti yang mempunyai sifat mengetahui
dan bukan pengetahuan itu sendiri.
Kena Upanisad bagian ketiga
membahas Kiasan tentang Kebodohan para Dewata mengenai Brahman. Bagian ketiga ini memuat 12 sloka yang berisi percakapan
antara Brahman dengan para dewata.
“Dikatakan bahwa suatu kali Brahman
melakukan penaklukan untuk para dewata dan para dewata mengagungkan diri pada
kemenangan Brahman itu. Mereka
berpikir bahwa ini adalah kemenangan mereka dan ini juga berkat kehebatan
mereka. (Jadi bukan kemenangan dan keagungan Brahman).” (Kena Upanisad
III.1)
“Brahman
sebenarnya mengetahui tipu muslihat mereka. Dia muncul di depan mereka. Mereka
tidak tahu makhluk apa ini.”
Mereka berkata kepada Agni: “Jata-Veda, coba selidiki ini
makhluk apa”
“Ya” katanya.
Dia mendekatinya dan berkata: “Siapa kamu?”
Agni menjawab; “Aku adalah Agni. Akulah Jàta-Veda.” (Maha
Tahu dalam Reg Veda)
Dia bertanya lagi: “Kekuatan apa yang ada padamu?”
Agni menjawab: “Aku sanggup membakar apa saja yang ada di
bumi.”
Dia menempatkan sebatang rumput di depan Agni dan
berkata, “Bakarlah”.
Dia mendekat dengan kecepatan penuh tetapi tidak bisa
membakarnya. Dia kembali dan berkata: “Aku tidak mengetahui makhluk apa ini.”
Kemudian mereka berkata kepada Vàyu (Angin): “Wahai. Vàyu
cobalah cari tahu Makhluk apa ini.”
“Ya,” katanya.
Dia mendekat dan berkata kepada Vàyu: “Siapa kamu?”
Vàyu menjawab: “Akulah Vàyu, akulah Màtariúvà.”
Dia bertanya (kepada Vàyu): “Kekuatan apa yang ada
padamu”
Vàyu menjawab: “Aku sanggup meniup apa saja yang ada di
bumi.”
Dia menempatkan sebatang rumput di depan Vàyu dan
berkata, “Tiuplah”.
Vàyu mendekat dengan kecepatan penuh tetapi tidak bisa
meniupnya. Dia kembali dan berkata: “Aku tidak mengetahui makhluk apa ini.”
Kemudian mereka berkata kepada Indra: “Wahai, Maghavan,
cobalah cari. Makhluk apa ini?”
“Ya” dia berkata. Dia cepat mendekat tetapi yang
didekatnya segera menghilang.
Ketika pada daerah yang sama di langit, Indra bertemu
dengan seorang wanita, yang sangat cantik, Umà putri Imavat dan berkata
kepadanya: “Makhluk apakah ini?”
Ceritera tentang Dewi Umà ini, putri dari Himàlaya yang
menjelaskan idealisme gaib Upanisad kepada para dewata adalah pernyataan
imaginatif dari kebenaran bahwa pikiran-pikiran Upanisad dikembangkan oleh
penghuni-penghuni hutan di kawasan hutan luas Himàlaya. Orang-orang suci
berdiam di sana dan peziarah pergi ke sana dan selama berabad-abad jiva manusia
telah ditujukan kepada rangkaian pegunungan ini.
Bagian terakhir dari Kena
Upanisad membahas mengenai Pengetahuan Brahman
adalah yang paling utama dan Brahman,
Kenyataan Individu, dan Kosmis. Pengetahuan tentang Brahman adalah yang paling utama dijelaskan pada sloka IV.1-3
sebagai jawaban atas pertanyaan sebelumnya. Dia (Uma) menjawab “yang pasti
inilah Brahman dan dalam kemenangan Brahman, sesungguhnya kebesaran dewata
berada. Sesudah itulah baru Indra mengerti bahwa itu adalah Brahman.” Karena itulah tiga dewata ini,
(Agni, Vayu, dan Indra) memang melebihi dewata yang lain, sebab ketiganyalah
yang dapat paling dekat Brahman dank
arena itu ketiganya pula yang pertama mengerti bahwa itulah Brahman. Karena itu Indra melebihi
sangat jauh dewata yang lain. Dia sesungguhnya yang paling dekat dengan Brahman. Dia sesungguhnya yang mengerti
paling dahulu bahwa itu adalah Brahman
melalui berkah dari Dewi Uma. Brahman
adalah Yang Maha Tinggi dan melalui kekuatannya sajalah dewata memperoleh
kebesaran.
Brahman, Kenyataan Individu,
dan Kosmis kemudian dinyatakan dalam sloka berikutnya antara lain sloka IV.4-9
yang salah satunya berisi perumpamaan. Seperti kilat yang memancarkan cahayanya
kemana-mana atau seperti kedipan mata. ‘Seperti kilat yang tiba-tiba’: (yathà
sakåd vidyutam.) Penggambaran kilat dipakai untuk menjelaskan terjadinya
penyinaran seketika yang dihasilkan oleh persatuan dengan azas transendental
dari kearifan semesta. Seperti kilat Brahman
memperlihatkan diriNya sekali kepada dewata dan menghilang. Ada pembesaran
pikiran, kilatan sinar yang menerangi buddhi, bergejolaknya semangat yang
menyebabkan emosi yang luar biasa dan kegembiraan tak terlukiskan. Kedua
gambaran mengenai pancaran kilat dan kedipan mata mencerminkan adanya pandangan
yang tiba-tiba, ke dalam Yang Nyata yang harus diubah menjadi kesadaran abadi
“Kebenaran akhir hanya akan bisa diajarkan dengan contoh-contoh”
Kena Upanisad IV.5 menguak
proses mental dengan apa kita mengingat, berpikir dan membayangkan Brahman. Ada pendapat umum bahwa ada
analogi antara jiwa Tuhan, dunia kosmis dan jiva individu. Pada beberapa
kalimat seperti di sini dikatakan: “Demikianlah yang berhubungan dengan Tuhan;
sekarang yang berhubungan dengan jiva.”
Pada bagian terakhir yaitu Kena Upanisad IV.7-9 memuat percakapan antara seorang sisya dengan
Gurunya.
Sang murid: “Junjunganku, ajarkanlah rahasia Upanisad
kepada hamba”
Guru: “Rahasianya telah diajarkan kepada Anda. Kami telah
mengajarkan Anda rahasia yang berhubungan dengan Brahman.”
Tapa, pengendalian diri dan perbuatan adalah penopangnya;
Vedà adalah semua satuan-satuannya;
kebenaran adalah tempat bersemayamnya.
Siapa yang mengerti hal ini, dialah yang sesungguhnya
mengalahkan dosa, dan pada akhirnya akan dengan kukuh berdiri pada dunia Yang
Maha Tinggi di svarga; ya, dia berdiri dengan tegap, dalam hal ini svarga
bukanlah svarga (dalam pengertian bahasa Indonesia) melainkan kebahagiaan tanpa
batas di mana tidak akan kembali lagi ke badan duniawi.
Daftar Pustaka:
Radhakrishnan,
S. 2008. Upanisad Upanisad Utama.
Surabaya: Paramita
https://serbaserbihinduupanisad.blogspot.com/2012/05/kena-upanisad-2.html
0 Response to "Memahami Garis Besar Kena Upanisad"
Post a Comment